Jumat, 06 Mei 2016

Pendakian Perdana Mt. Merbabu Via Thekelan



Puncak Gunung Merbabu merupakan salah satu gunung di Jawa yang sering menjadi tujuan pendakian oleh para pendaki. Mt Merbabu terletak di Magelang, Semarang dan Boyolali, Jawa Tengah. Gunung dengan ketinggian 3124 Mdpl ini mempunyai 7 puncak, tetapi kebanyakan tujuan para pendaki adalah 3 puncak dari 7 puncak yaitu puncak Syarif, puncak Kenteng Songo, dan puncak Trianggulasi yang merupakan puncak tertinggi Merbabu.



Gunung Merbabu dapat di daki melalui 4 jalur dengan 1 jalur baru yaitu :

1. Jalur Selo (Boyolali)

2. Jalur Wekas (Magelang)
3. Jalur Cunthel (Magelang)
4. Jalur Thekelan (Magelang)
5. Jalur Suwanting (Magelang)

Pada kesempatan kali ini saya mau bercerita tentang pengalaman pendakian perdana Gunung Merbabu saya. Pendakian kali ini bisa dibilang perdana karena emang baru kali ini saya punya target untuk mencapai puncak teratas Merbabu yaitu Kenteng Songo. Sebelumnya saya pernah mendaki juga via Wekas bareng sama rombongan pecinta alam di sekolah, tapi pendakian saya berakhir sampai pos 2 dikarenakan salah satu anggota di tim saya tidak mampu untuk melanjutkan pendakian sehingga dengan sukarela saya menghentikan tujuan saya dan menemani teman saya turun #cieee

Pendakian kali ini saya menginginkan untuk lewat jalur Selo, karena bisa dibilang jalur ini paling terjangkau untuk para pemula hehe. Jalurnya cukup landai, pemandangannya paling oke dan yang pasti paling banyak pendaki yang lewat jalur ini. Niatnya sih biar banyak barengannya gitu. Soalnya pendakian ini rombongan kita cuma berempat (saya, Tiya, Meta dan Yesi)  mana cewek semua lagi, tergolong nekat nih wkwkw. Dan disini saya yang paling senior jadi saya jadi merasa paling bertanggung jawab atas mereka hwehee. Tadinya emang sempet ada cowoknya, tapi karena berbagai alasan mereka mengurunkan niat untuk ikut.

Hari pendakian sudah ditentukan, yaitu tanggal 23-24 Mei 2016. Berbagai persiapan kita lakukan sebelum hari H, termasuk rempongnya packing perlengkapan. Maklumlah kita masih pemula, jadi emang banyak banget yang harus dipersiapkan. Apalagi perlengkapan kita banyak yang belum punya.. Bahkan perlengkapan kaya carrier, sleeping bag, matras saya cuma minjem temen. Tapi untungnya sampai hari H semua perlengkapan lengkap, walau tenda dan kompor harus nyewa di persewaan. 

dan inilah persiapan kami

Rencana sih kita mau perjalanan menuju Gunung Merbabu pagi-pagi biar sampai sana bisa istirahat bentar terus mulai mendaki sore hari. Akan tetapi cobaan ternyata tak berakhir sampai disini. Dihari H saya dan Tiya sudah berkumpul di rumah Meta, tapi ternyata ada masalah dengan salah satu kawan kami, Yesi. Tiba-tiba perijinannya ditolak oleh orangtuanya... yahh. Kami pun memutuskan untuk kerumahnya dan meminta ijin ke orangtuanya, tapi alhasil nihil. Yesi pun memutuskan untuk mundur. Apadikata kita pun maju bertiga..

Dan perjalanan menuju Gunung Merbabu pun akhirnya dimulai setelah Ashar #mundur tenan lik. Aslinya kita nggak tau jalan, jadi kita mengandalkan googlemap. Meski banyak rintangan dijalan tapi Alhamdulillah kita sampai tujuan. Kejutan pun dimulai disini, yang awalnya kita mau lewat Selo ternyata kita malah masuk ke jalur Thekelan #Aku lagi krungu iki.. Inilah kelebihan kalau mengandalkan googlemap, nyasar nggak sampai tujuan -_- 

Tapi yasudahlah, yang penting kami sampai ke Gunung Merbabu. Cukup banyak orang kaget melihat kedatangan kita. Maklumlah cewek bertiga, mana bawa tas carrier semua lagi. Dan pada akhirnya saya yang jadi korban untuk mencari barengan mendaki. Awalnya saya bingunglah mau ngajak gimana, tapi untung mereka dulu yang ngajak ngobrol. Mereka itu rombongan dari Solo (Bang Raka, Mas Wahyu, Bang Jamal, Mba Riana, Mas Abdul, Mas Dian dan Mas Riswan) dan kelihatannya udah pada senior dan berpengalaman. Mereka heran kok bisa ada tiga ekor perempuan mendaki Merbabu mana lewat Thekelan lagi.. emang Thekelan se-ektrim itukah??.. Tapi untunglah mereka menawarkan kami untuk bareng rombongan mereka. Sungguh sebuah hikmah dari setiap cobaan ini hwaaa.. 

Setelah daftar ulang dan membayar retribusi Rp 15.000/orang (retribusi, sampah, keselamatan dll) kami pun breafing dan doa sebentar. Dan pendakian pun dimulai sekitar pukul 20.30 wib. Kebetulan saat itu ada rombongan dari Salatiga juga, tapi mereka bersikap bodo amat nggak kayak kakak-kakak yang dari Solo ini. Dari Basecamp menuju pos 1 bisa dibilang medannya cukup mudah, jalurnya cukup landai walau agak naik dan masih melewati perkebunan warga. Sayangnya kawanku Meta sepertinya terlalu kaget dengan medan perjalanannya, jadi baru sekitar 30 menit pendakian dia sudah terlihat kecapekan, tidak kuat untuk membawa carrier dan nafasnya mulai terengah-engah. Saya mulai mencoba membantu dan menggandengnya berjalan. Niatnya saya mau bantu lebih, tapi saya juga bawa carrier yang lebih berat dan masih menenteng tenda pula. Jadi ya saya cuma bisa bantu semangat aja. Untunglah Mba Riana langsung mengetahui situasi ini, Mba Riana langsung menawarkan diri untuk bertukar carrier dengan Meta, ya Mba Riana cuma bawa tas kecil soalnya wkwkw. Pokoknya Mba Riana ini peka banget orangnya. Dipendakian pun kita mulai bercerita satu sama lain, mulai dari pengalaman pendakian sampai usia dan baru kali ini saya dipanggil dek wkwk. Tapi ternyata saya mulai kerepotan saat menenteng tenda, dan Mas Dian langsung memaksa buat membawakan tenda saya. Awalnya saya nolak, sampai sempat berebutan tenda segala hehe. Saya kan merasa nggak enak kalau ngrepotin terus dan saya kan orangnya sok kuat gitu. Tapi ternyata Bang Jamal ini pintar banget, jadi saya disuruh berhenti sebentar terus ditatain deh tendanya, biar lebih praktis katanya. Dan pada akhirnya mereka berhasil menipu saya biar tendanya bisa diawakan mereka.

Akhirnya sampai juga di Pos 1 (Pending) sudah ada bangunan sederhana di Pos 1 ini. Butuh waktu sekitar 1 jam utuk sampai pos ini. Pos 1 ini letaknya ditengah hutan, jadi belum terlihat pemandangan dari atas. Setelah beristirahat sebentar dan minum, kami pun melanjutkan pendakian menuju Pos 2. Medan menuju Pos 2 ini sudah mulai nanjak dan penuh bebatuan jadi baru sadar kalau memang salah kalau saya menenteng tenda seperti tadi. Pokonya saat mendaki itu diusahakan kalau tangan harus free karena bakal digunakan untuk berpegangan saat jalur nanjak seperti ini. Nah, di pendakian menuju Pos 2 ini ada sedikit hadiah nih. Diperjalan kita bertemu dengan bekas reruntuhan bebatuan, jadi banyak bebatuan besar yang berserakan ditengah jalur. Tapi justru ini jadi penambah keindahan Merbabu ini apalagi dari sini sudah mulai tampak cahaya lampu bergemerlap, keren banget deh. Oiya, Bang Raka ini ternyata dulu sedang dalam pendakian saat kejadian reruntuhan ini. Waah Bang, untung Bang Raka nggak kenapa-napa.

Pendakian pun kami lanjutkan kembali, jalur mulai licin karena memang saat itu habis turun hujan jadi kami harus eksta hati-hati. Dan duridam, satu kawan mulai tumbang lagi, Tiya mulai tak bisa mengkontrol nafasnya. Bang Jamal menawarkan untuk bergantian carrier, tapi Tiya mau berusaha dulu. Akhirnya Tiya pun pada batasnya dan Bang Jamal bertukar carrier dengannya. Tinggal saya saja deh yang bertahan huweee. Biar suasana nggak sepi Mas Riswan dan Mba Riana mulai nyanyi nyanyi dan bergurau. Mas Riswan ini cerewet banget wkwk. Mengingatkan saya sama temen sekolah saya Ng***o*, mulai dari suaranya, logatnya, sifatnya sampe ke raut mukanya hehe..

Dan sampailah kita ke Pos 2 (Pereng Putih) setelah menempuh waktu sekitar sejam. Pos 2 ini tergolong cukup mewah bangunannya, soalnya sudah dikramik lantainya, pemandangannya juga oke. Kami istirahat bentar sambil makan roti dan minum minum. Awalnya sih masih malu-malu pas dikasih roti, tapi ya kita makan juga haha. Disini Bang Raka buatin air gula biar menambah stamina. Bang Raka ini udah senior banget, pengalamannya juga udah banyak, bahkan udah beberapa kali lewat jalur Thekelan ini. Pokonya Bang Raka yang paling dituakan disini (tapi emang dasarnya udah tua juga sih wkwk).

Pendakian kami mulai lagi, disini saya baru sadar ternyata kita sudah tidak barengan lagi dengan rombongan Salatiga. Yaah mungkin mereka udah duluan dan nggak banyak istirahatnya.. Maafkan daku kak, gara-gara kita jalannya jadi lama hwuee.. Jalur menuju Pos 3 ini banyak melewati tepian jurang dan tebing bahkan ada yang longsor, jadi ya harus fokus kebawah deh. Jalurnya juga masih alami, rerumputan masih banyak yang tumbuh tinggi ditengah jalur. Jadi emang bener-benar jalur ini jarang banget yang nglewatin.

Tidak sampai sejam kita udah sampai di Pos 3 (Lempong Sampan), jarak dari pos 2 ke pos 3 tidak terlalu jauh dan masih cukup mudah dilewati. Di pos 3 ini nggak ada shelternya, cuma ada hamparan tanah dan pepohonan, jadi di pos ini biasanya digunakan buat mendirikan camp. Oiya, jalur Thekelan ini ada saluran airnya lho. Jadi nggak perlu khawatir kehabisan persediaan air sampai Pos 3. Namun, di Pos ini nih dulu terjadi kebakaran hutan, banyak pepohonan yang dulunya rimbun sekarang jadi batang gosong. Yaah kebakaran hebat yang terjadi beberapa tahun lalu memang menghanguskan wilayah pos 3 sampai pos 4. Entah apa sebabnya, karena musim kemarau atau karena ulah manusia. Uhh, memang manusia tak bertanggung jawab itu tak berperasaan. Tapi untunglah sudah mulai tumbuh pohon pohon baru di sekitar sini. Di pos ini kita ketemu sama sepasang kekasih (kita anggep aja mereka suami istri) yang katanya salah jalur gara-gara googlemap, sama mba mas kita senasip.

Perjalanan kita lanjutkan kembali setelah mengisi beberapa botol yang kosong. Awalnya kita sempat ditawari mau camp disini atau lanjut. Kita mah pilih lanjut, masak baru segini dah mau nge-camp wkwkw gayane. Jalur menuju Pos 4 ini cukup merepotkan karena kita harus dlusupan, berhati-hati karena licin dan nanjak sekale. Pokonya jalurnya itu nanjak-landai-nanjak-landai blablabla tapi landainya paling cuma selangkah.. Jadi cukup lama untuk menempuhnya, sekitar 90menit baru sampai Pos 4.

Dan sampailah kita di Pos 4 (lupa saya namanya) Pos 4 ini sama dengan Pos 3 hanya berisi hamparan tanah luas dan pepohonan. Waktu itu sudah ada 2 tenda berdiri disana, kayaknya sih rombongan dari Tegal. Karena sudah larut sekitar pukul 01.30 wib kita memutuskan untuk mendirikan tenda di Pos 4. Bang Raka sempat menanyakan "bisa bangun tenda sendiri kan". Ya saya bilang sih bisa, eh.. tetapitapi ternyata cuma saya yang bisa. Yaudah lah saya coba koordinir adik adik saya itu buat mbantuin saya. Ternyata mereka malah brambang kotong saya jadi kerepotan sendiri deh, mana udah sok bilang bisa lagi wkwkw. Untung Mas Dian langsung bantuin haha. Mas Dian ini yang paling sering nolongin sama mbarengin langkah kita. Makanya jadi sering dicomblangin sama digodain wkwkw (tur kayane Mas Dian yo seneng kok hahah).

Dan berdirilah tenda kita semua, tadinya kita ngajak Mba Riana buat ikut tenda kita aja. Tapi nggak mau soalnya takut urakkan tidurnya wkwkw. Kita masak-masak dulu nih, sambil bikin minuman anget. Saya sempet khawatir nih saat masang kompornya, soalnya dulu pernah camp di pantai eh malah kebakar kompornya terus malah saya tendang ke laut wkwk. Belum sempet masak aja kita dah dikasih apa-apa sama kakak kakak ini. Malah Mas Wahyu ini masakin minum buat kita sambil bikin perapian biar tambah anget suasananya. Mas Wahyu ini juga dah senior kayak Bang Raka. Karena dah capek jadi kita agak nggak selera makan, jadi cuma masak air sama makan mie cup. Itu aja kedua temen saya nggak pada habis, kalau saya sih habis ajah kan bladog wkwkw. Dan kita pun tidur, karena rencana mau bangun subuh buat nglanjutin pendakian.

Awalnya sih sempet bisa tidur, tapi tiba-tiba saya terbangun dan tak bisa tidur lagi karena kedinginan. Malam itu dingin banget, samapi Sleepingbag pun tak bisa menahan dinginnya. Akhirnya saya cuma bisa njingkrung sampai Mas Wahyu bangunin kami. Eh udah jam setengah enam pagi, haha kesaingan deh. Tadinya udah masang alarm, tapi dicuekin ajah orang kedinginan kok wkwk.

Setelah sholat Subuh, kita menuju puncak deh. Tenda dan carrirnya ditinggal aja, jadi kita cuma bawa tas kecil aja. Kakak-kakak yang dari Solo ini malah pada belum bangun, Mba Riana sama Mas Riswan malah mau masak dulu buat ngisi logistik. Jadi kita muncak ditemani sama Bang Raka. Jalannya cukup rimbun oleh beberapa batang pohon yang terbakar. Sempat beberapa kali Meta kelihatan capai, mungkin karena bagun tidur langsung jalan hehe. Tapi Bang Raka ngasih semangat terus pokonya sambil ngasih tips mendaki yang bener. Lewat dari pos 4 ini udah terlihat kalau kita udah diatas awan yeeee...

ini perjalanan menuju puncak (meta, saya dan tiya)


Tapi kayaknya kok nggak sampai-sampai yaa.. Padahal Bang Raka udah bilang bentar lagi. Ternyata lumayan jauh pemirsa, Puncak 1 ini ditandai oleh Pohon yang tumbuh menjulang. Dan sampailah kita huwee, sayang kita nggak bisa melanjutkan pendakian ke puncak yang sesungguhnya karena sudah kehabisan stamina. Jadi Bang Raka pun meneruskan pendakian sendiri (wani tenan) dan kita sampai disini dulu. Kita istirahat, menikamti pemandanagn diatas awan ini,  sambil mengambil beberapa foto .. waaaaa keren banget.

jalur selanjutnya

pemandangannya :D

teman-teman saya yang lelah

kita bertiga niih

ini juga :D

Tapi rasa penasaran tak berakkir sampai disini, kita mencoba untuk meneruskan perjalanan ke Puncak 1 (Watu Gubug). Disini ada bebatuan besar, namun sudah banayk tangan-tangan nakal yang menodai bebatuan yang manis ini. Walau pendakian kami cuma sampai puncak 1 tapi setidaknya kita udah diatas awan broo hehe.

kece kan

apa apaan nih wkwk

Akhirnya setelah bercengkrama sebentar dengan alam wuuess, kita putuskan untuk kembali ke camp. Dijalan kita ketemu sama Mba Riana, Mas Dian, dan Mas Riswan yang baru mau naik, ehh mereka ternyata dah nyiapain sarapan buat kita di camp (jaaann diopeni tenan). Okedeh makasih kaak.. perjalan turun ternyata juga capek, haha. Makanya kita sambung menyambung lagu nanyi nyanyi biar nggak fokus ke capeknya. 

Ternyata bener, sampai camp udah disiapin sarapan sama puding segala hehe. Yaudah deh kita makan, udah dibuatin pula. Tapi wiih panas banget siang ini, makanya kita tidur dulu deh sambil nunggun kakak kakak tadi turun. Kayaknya belum lama tidur eh udah pada teriak teriak, kayak ngode kalau udah mau turun, seet dah cepet banget. Packing dan beres-beres dah. Bahkan ngemas perlengkapan aja masih aja rempong wkwkw. Mbongkar tenda aja masih dibantuin Mas Dian haha, tengkyu deh Mas. 

Perjalanan turun harus hati-hati nih soalnya licin, takut kepeleset. Tapi ternyata carrier aja masih dibawain, duh bang maksih lagi deeh. Perjalanan turun ternyata jadi lebih cepet, iyalah selain udah keliatan jalannya, stramina kita juga udah on. Saya dan Tiya sempat diatawari untuk tukeran carrier biar lebih enteng dan lebih cepet turunnya karena cuaca agak mendung. Tapi kita sih gayanya nolak, soalnya merasa mampu kok hehe. 

Tapi sesi turun gunung ini jadi bahan balapan nih buat kakak-kakaknya. Kalau saya sih lebih mending pelan-pelan aja, takut njungkel kan carriernya berat wkwk. Bang Jamal sama Mas Abdul malah rela barengin kita, malah kayak dimomong deh. Mas abdul ini menurut saya yang paling cakep hehe :p, lumayan lah buat pemandangan penghilang lelah. Tapi ehh.. penyakit mulai kambuh deh wkwk. Kita jadi ikut-ikutan jadi run mountainer. Jadi diketawain deh sama abang-abangnya ini. Haha ajaranmu lho iki mas. 

Dan sampailah kita di basecamp, yang tadinya naik butuh waktu sekitar 5 jam, turunya cuma butuh sekitar 3 jam. Ya kita istirahat bentar laah, sambil dipesenin teh anget. Lagi-lagi dipesenin sama kakak-kakaknya. Sebenarnya kita tuh apalah, apa-apa kok kakak-kakaknya hehe. Jam 4 sore kita putuskan buat balik ke Jogja. Duh waktunya pamitan, hikss.. Setelah salaman dn berterima aksih huweee. Makasih kakak, udah membimbing kita, nemenin kita, ngasih makan kita, ngajarin kita, la la laa. Maapin kita udah ngrepotin dan bikin kalian jadi ngasuh anak orang.. Dan pulanglah kitaa

Dan tips buat kalian para pendaki perdana
1. Jika kalian terdiri dari sekumpulan kecil perempuan, sebaiknya kalian bersama laki-laki/ pemandu yang sudah cukup berpengalaman.
2. Persiapkan perlengkapan dengan benar
3. setidaknya sebelum melakukan pendakian kalian mengecek peralatan dahulu dan mencoba menyetting dan mempraktekkannya dulu
4. Jangan terlalu nekat, kita berada di alam luar yang jauh dari lingkungan masyarakat
3. Jangan terlalu mengandalkan google map wkwk
4. Janagn terlalu bergantung pada barengan di pendakian, karena belum tentu mereka bertanggung jawab dan punya maksud positif

1 komentar:

  1. Harrah's Philadelphia Casino & Racetrack - Mapyro
    Harrah's Philadelphia Casino & Racetrack is located in 제천 출장마사지 Chester, Pennsylvania 경기도 출장샵 and is 동두천 출장마사지 close to Pittsburgh International Airport. The casino 여주 출장샵 features 익산 출장안마 over 3,100 slot

    BalasHapus